Senin, 01 April 2013

Keterbukaan Informasi Pengaruhi Banyaknya Siswi Hamil di Surabaya

Senin, 01/04/2013 13:40 WIB



Surabaya - Jumlah siswi hamil peserta ujian nasional (UN) tahun ajaran 2013 tingkat SMA di Surabaya, meningkat hingga 5 kali lipat dibanding tahun lalu. Tahun ini ada 6 siswi yang hamil antara 3 sampi 6 bulan.

Salah satu faktor penyebab meningkatnya siswi hamil, karena dampak keterbukaan informasi. Dan kurangnya pendampingan terhadap anak-anak baik dari guru maupun orang tua.

"Faktor-nya, saya kira anak-anak disebabkan oleh pengaruh keterbukaan informasi," ujar Isa Ansori, Senin (1/4/2013).

Ketua Hotline Pendidikan Jawa Timur ini menerangkan, di era keterbukaan informasi yang begitu deras, anak-anak saat ini mudah mengakses dunia maya seperti facebook, BBM, internet hingga informasi dari media elektronik seperti tayangan televisi.

"Begitu derasnya keterbukaan informasi, tidak diimbangi dengan pendampingan yang cukup baik bagi anak-anak. Baik pendampingan dari orang tua maupun guru di sekolah. Ini menjadi persoalan," katanya.

Menurut pria yang juga Dewan Pendidikan Kota Surabaya ini mengatakan, semua pihak harus turut serta bekerjasama mengawasi anak-anak atau pelajar, agar tidak terjerumus dan berurusan dengan hukum.

Pemerintah yang mempunyai wilayah di bidang regulasi, harus membuat peraturan agar anak-anak tidak mudah mengakses situs 'berbahaya' di dunia maya. Ia mencontohkan, di Surabaya ada sekitar 900 pelajar yang terjaring di warnet di saat jam sekolah.

"Regulasinya seperti apa, supaya anak tidak mudah mengakses. Misalnya berkaitan dengan proses perizinan warnet," katanya.

Selain pemerintah, guru juga diminta untuk lebih care terhadap siswa-siswinya. Guru tidak hanya bertugas mengajarkan di sekolah saja, tapi juga harus bisa sebagai pendamping anak-anak, seperti sebagai kawan maupun orang tua asuh di sekolah.

"Proses manajemen guru juga ditinjau kembali. Persoalan manajemen jangan hanya persoalan administrasi saja. Tapi guru juga bisa menjadi pendamping anak-anak, karena (waktu) guru lebih banyak mendampingi anak-anak," terangnya.

Sedangkan orang tua juga perlu keterbukaan dan tidak melakukan pembiaran, serta 'siap' menjadi kawan ketika memberikan arahan, informasi, maupun mendengarkan keluh kasah anak-anaknya.

"Sejauh tidak ada regulasi yang mengikat dan kuat. Serta masyakarat melakukan pembiaran, maka persoalan ini tidak akan selesai," ujarnya.

Baca juga di bawah ini...!

0 comments:

Posting Komentar